Tujuh Karya Sastra Kita Untuk Jadi Game
Tujuh Karya Sastra Kita Untuk Jadi Game

Oleh: Hikmat Darmawan


Bikin daftar kini telah menemui keabsahannya. Berbagai kemusykilan dan subjektivitas parah dalam kegandrungan media atau kita untuk bikin daftar ini dan itu, telah dibahas. Justru subjektivitas dalam membuat daftar menjadikannya sebuah kegiatan budaya yang mengandung banyak kemungkinan mengasyikkan. Setidaknya, Umberto Eco telah memilih "daftar" sebagai tema kurasinya sebagai kurator tamu di museum seni Louvre, Prancis, tahun ini.

Saya juga gandrung sekali membuat daftar, ternyata. Coba, contoh saja, ada daftar unik dan agak seenak udel tapi asyik kayak Mang Udel: Daftar Sastra Klasik (Amerika) yang Bagus Untuk Dijadikan Game.

Nah! Daftar ini dibuat oleh majalah Wired, majalah gaya hidup digital paling cerdas di Amerika. Tentu, ada beberapa pilihan yang kalau kita pikir-pikir memang pilihan jelas: Moby Dick, Invisible Man, dan The Adventures of Huckleberry Finn, misalnya. Tapi, Siddharta karya Herman Hesse? Wow, dasar gemblung.

Eh, saya jadi gatal juga, kalau dari sastra klasik Indonesia, apa yang bisa dibuat jadi game yang asyik?

Menurut saya….

 

1

Api Di Bukit Manoreh, karya SH. Mintardja. Alur kompleks. Karakter banyak. Penuh intrik. Cerita silat dan kerajaan. Kisah yang ultrapanjang. Apa lagi yang kurang, coba?

 

2

La Galigo, karya anonim. Epik terpanjang di dunia, dicipta sebelum Mahabharata, berbentuk puisi dalam bahasa Bugis Kuno. Cerita dimulai dari mitos Bugis Kuna tentang penciptaan alam semesta, sampai masa anak I La Galigo, La Tenritatta. Fantastis! Dan coba bayangkan kalau karya ini bisa jadi game online.

 

3

Perburuan, karya Pramodya Ananta Toer. Kenapa bukan tetralogi Pulau Buru yang masyhur itu? Karena novel pendek ini .lebih “basic” –nyaris seluruh cerita adalah suasana kejar-mengejar manusia yang mendebarkan. Lebih asyik lagi, Pram tetap memunculkan semangat “Realisme Sosialis”-nya di sini! Seru, kan, kalau ada game yang berpandangan sosialistis? :P

 

4

Bintang Hitam, karya Djokolelono. Barangkali, sci-fi terbaik Indonesia, diterbitkan pada 1980-an. Dan, bisa juga terus berlanjut, kayak Final Fantasy, karena novel remaja ini ditutup dengan sebuah open ending yang mengharukan dan bikin penasaran. (Sebetulnya, novel-novel sci-fi untuk remaja karya Djokolelono yang lain juga asyik, seperti Jatuh Ke Matahari, Penjelajah Antariksa, Kembali ke Masa Silam….)

 

5

Serial Imung, karya Arswendo Atmowiloto. Bisa dibuat sebagai game detektif, dengan level-level kesulitan disusun berdasarkan cerpen-cerpen Imung yang telah ditulis. Yang paling sulit, mungkin, cerita tentang Imung dan “Tamu Asing”….

 

6

Manusia Separuh Mencari Tuhan, sebuah cerita bersambung untuk anak-anak, yang pernah dimuat di majalah Zaman. Saya tak pasti, ini karya siapa. Tadinya, karena karakter cerita yang sangat imajinatif dan magis, saya pikir ini karya Danarto. Tapi, ketika saya tanya, beliau bilang bukan, dan menyebut satu nama, yang sayangnya saya lupa. Ngomong-ngomong Danarto…..

 

7

Karya-karya Danarto pasti asyik sekali jadi game yang fantastik. Dan jenaka. Misalnya, cerpen-cerpen dalam kumpulan Setangkai Melati Di Sayap Jibril. Ada tentang Paris “underground” yang seru penuh kejar-kejaran. Ada tentang Bedoyo Robot yang merupakan sci-fi sungguh nyentrik. Atau, bisa juga sekalian novelnya, Asmara Loka. Seru lah, pokoknya.  


Kalau menurut Anda, apa lagi?
17 Maret 2015
Dilihat sebanyak
7593 Kali
Lainnya...
PROSPEK SENI BUDAYA KITA 2020
PROSPEK SENI BUDAYA KITA 2020
30 Days of Romcom Part 3
30 Days of Romcom Part 3
Cuplikan dari film Anastasia
30 Days of Romcom Part 2
 1 2     >>>
Pabrikultur © 2015