ANDERSON-STOLT PUASKAN DAHAGA PENGGEMAR YES
ANDERSON-STOLT PUASKAN DAHAGA PENGGEMAR YES

Oleh: Donny Anggoro

  

Sulit dipungkiri, kehadiran grup legendaris progressive rock Yes tak bisa lepas dari Jon Anderson. Jon adalah vokalis paling identik dengan Yes. Sayang, Anderson mengundurkan diri dari Yes sejak 2008. Beberapa album Yes tanpa Anderson, walau tak sepenuhnya buruk, tetap saja menampakkan kharisma grup yang terbentuk sejak 1968 ini telah memudar.

Pada 2016, Jon Anderson bersama Roine Stolt, pentolan grup progresif Flower Kings, Transatlantic, dan Kaipa, merilis album Invention of Knowledge yang lebih kuat aroma progresifnya ketimbang dua rekaman album studio Yes terakhir, Heaven & Earth (2014) dan Fly from Here (2011).

Kedua album terakhir Yes tersebut jarang diulas oleh pengamat/jurnalis musik. Padahal, Jon Davison sebagai pengganti Jon Anderson bukan nama sembarangan dan juga mampu menulis lagu dengan baik. Plus, suaranya mirip vokalis Jon Anderson. Sambutan publik terhadap kedua album itu kurang antusias. Walau begitu, Yes sampai kini belum menyatakan resmi bubar. Sementara, konser Yes masih didominasi lagu-lagu lama mereka.

Konon, semenjak ditinggal pendirinya Chris Squire yang wafat 28 Juni 2015 karena penyakit leukemia, Yes kontan menjadi grup nostalgia dengan menyelesaikan sisa kontrak manggung yang telanjur sudah dikerjakan setelah tur promosi album Heaven & Earth. Billy Sherwood yang sementara menggantikan posisi pemain bas setelah Squire meninggal untuk menyelesaikan tur tersebut malah mengaku belum punya rencana untuk terus bergabung dalam Yes atau tidak. Sherwood sendiri adalah sobat lama Squire dan sudah lama bekerja sama dengan Yes sebagai produser. Mereka sempat bikin album Conspiracy (2003). Selain itu, Sherwood dikenal pernah bekerjasama sebagai produser Motorhead, Toto, album solo Rick Wakeman, dan Bobby Kimball (vokalis Toto).

Kembali ke album Jon dan Stolt. Album konsep ini berisi 9 trek, yang dibagi menjadi tiga babak: The Invention of Knowledge (22 menit), Knowing (17 menit) dan Everybody Heals (13 menit), konsep album ini mengisahkan pergerakan dunia yang harus berubah. Salah satu perubahan yang digali dalam ini adalah evolusi pemikiran. Album ini seolah berkata kepada kita, bahwa manusia selayaknya terus beradaptasi dengan zaman yang cepat berubah tanpa harus meninggalkan identitas. Beberapa pengamat musik ternama khusus progresif, seperti Chris Roberts dari majalah khusus prog-rock, All About Rock, memuji album ini. Thom Jurek dari allmusic.com malah menyebut album ini “membuat grup Yes tanpa Jon Anderson seharusnya berpikir ulang bagaimana seharusnya musik progresif dimainkan.”

Saya sendiri terpukau lantaran lagu-lagu di album ini mengingatkan pada trek-trek menawan seperti album Yes terdahulu yang dianggap masterpiece, Tales from Topographic Oceans (1973) dan Relayer (1974). Sungguh unik menyimak trek demi trek di sini. Anderson dan Stolt sama sekali bebas berekspresi dengan bebunyian yang tetap terasa evergreen (tidak kuno). Sangat spesial di abad 21 menyimak album musik konseptual seperti ini.

Dirilis 24 Juni 2016, album yang diproduksi dan dibiayai sepenuhnya oleh label independen Jerman, InsideOut Music ini kontan mendapat penghargaan album progresif terbaik versi All Music, Progressive Music Planet, dan The Prog Report, serta meraih penghargaan Album of The Year 2016 Progressive Music Award. Penghargaan ini bukan diberikan semata lantaran kesenioran Jon Anderson dan  Roine Stolt di jalur progresif sejak lama, melainkan memang keberanian mereka sendiri menonjolkan kepiawaian tanpa harus memaksakan diri mengikuti selera pasar industri musik saat ini.

Paduan suara yang memukau terutama dalam lagu Knowing (trek 4) dan Everybody Heals (trek 6) mempercantik album ini. Semua lirik lagu dikerjakan Anderson, selain Anderson di sini juga memainkan  synthesizer. Stolt menyiapkan 10 personil untuk rekaman album ini. Salah satunya, adik Stolt sendiri, Michael Stolt sebagai pemain bas. Uniknya, album ini dikerjakan total selama 18 bulan di mana mereka mengerjakannya di dua tempat yang berjauhan, Anderson di California dan Stolt di Swedia. Ide awalnya bermula ketika Jon Anderson manggung di acara Progressive Nation at Sea pada 2014 di Inggris bertemu dengan Stolt yang tampil dengan Flower Kings. Seusai manggung, mereka sepakat membuat projek bersama yang menurut Stolt membuatnya terpukau.

“Baru kali ini saya bikin album dengan surat perjanjian kontrak yang dibuat begitu cepat. Karena perbedaan lokasi produksi, yang tertera di kontrak dengan InsideOut adalah sekitar 6 bulan kerjasama Anderson, padahal saya paham betul pastinya nantinya akan makan waktu lebih dari seperti yang tertera di kontrak karena maunya dikerjakan tanpa beban harus terjual berapa secara nominal sebagai tuntutan label industri musik. Jadi, surat itu saya buat hanya sekedar legalisasi saja,” jelas Stolt.

2014 sebenarnya tahun yang berkesan buat Anderson yang baru saja pulih dari penyakit yang mengganggu pita suaranya hampir lima tahun lebih hingga ia mundur sejenak dari dunia musik yang sudah membesarkan namanya. Rekaman dilakukan terpisah, sementara komunikasi lainnya lebih banyak dilakukan via telepon. Stolt memang sudah lama bersahabat dengan Anderson, apalagi Stolt pernah melesat di era 1970-an bersama grup progresif Kaipa, yang  di masa 1970-an dikenal sebagai salah satu pionir progresif daratan Skandinavia. Dulu, Kaipa dikenal berani lantaran berhasil menembus dunia musik internasional walau tetap menggunakan bahasa Swedia.

Sayang, meski album ini sangat menonjol dari segi kualitas Stolt belum bisa memberi keputusan kapan menggelar konser khusus membawakan album Invention of Knowledge. Padahal jika konser ini bisa diwujudkan tentu akan memuaskan dahaga fans Yes di seluruh dunia selain mendongkrak penjualan album tersebut yang konon juga bergaung di kalangan peminat musik jazz terutama di Belanda, Jerman, Perancis, Belgia, Inggris, dan Austria sepanjang 2016-2017. 

Meski mendapat pujian positif, tentunya agak langka di zaman sekarang masih ada pemusik yang mengandalkan kemunculan hanya dari album rekaman saja. Padahal selain untuk mendongkrak penjualan, tentunya jika aktif konser akan meraih sambutan lebih banyak lagi dari penggemar musik, terutama kebanyakan generasi sekarang yang lebih akrab dengan penjualan album musik secara digital. Robert Plant, Whitesnake, Kiss, Aerosmith dan sejumlah grup punggawa classic rock lainnya saja masih aktif mengadakan konser sampai sekarang.***
12 April 2020
Dilihat sebanyak
2516 Kali
Lainnya...
Melepas Sepatu
Melepas Sepatu
Sisipus dan Nalar Hipster
Sisipus dan Nalar Hipster
Gambar diunduh dari flippkids.com
Setelah Debussy Mendengar Gamelan Jawa
 1 2     >>>
Pabrikultur © 2015