
Blendle, sebuah situs start-up Belanda, kejatuhan rezeki. Suratkabar terkemuka Amerika Serikat The New York Times, dan penerbit terkemuka Jerman Axel Springer (pemilik koran Bild Zeitung), akhir tahun 2014 memutuskan menyuntikkan dana 3 juta Euro (sekitar US$ 3,7 juta) untuk mengembangkan platform ‘belanja berita’ ala Blendle.
Padahal, sebelum memperoleh suntikan dana itu, Blendle baru beroperasi kurang dari enam bulan. Tapi, dua perusahaan penerbitan terkemuka dunia itu sudah jatuh cinta pada platform buah ide dua anak muda Belanda, Alexander Klopping dan Marten Blankesteijn, ini. Blendle, dalam waktu enam bulan, dipandang sudah berhasil memberi alternatif bagi para pembaca Belanda untuk menikmati artikel-artikel di suratkabar.
Blendle, berfungsi seperti kios digital, yang memasarkan artikel-artikel di berbagai suratkabar dan majalah secara individual. Jika pembaca tertarik pada satu artikel, mereka bisa membeli artikel itu dengan harga 20 sen. Dengan Blendle, Kloping dan Blankesteijn ingin kegiatan membeli artikel bisa semudah mendownload apps. “Kami membangun cara berbelanja artikel sebagaimana kami inginkan,” kata Klopping dalam wawancaranya dengan harian Inggris The Guardian.
Blendle memungkinkan pembaca menemukan artikel di majalah/suratkabar manapun dengan mudah, lalu bisa membelinya dengan lebih mudah lagi. Hanya dalam waktu enam bulan, Blendle sudah memiliki pembeli terdaftar sebanyak 130 ribu orang. Sebagian besar masih berusia 35 tahun ke bawah.
Suratkabar/majalah pemilik artikel memperoleh pembagian 70% dari uang yang dibayarkan pembaca Blendle, sementara Blendle memperoleh sisanya. Klopping dan Blankesteijn yakin, inilah cara baru untuk membisniskan jurnalisme. “Blendle adalah laboratorium untuk distribusi jurnalisme,” kata Klopping. Bermodalkan 25 awak, dari kantornya di Utrecht, Belanda, Blendle optimis bisa menaklukan dunia.
Dengan suntikan dana dari New York Times dan Axel Springer, Blendle berencana membuka cabang di semua kota besar Negara Eropa dalam enam bulan ke depan. Sebagian kritikus, menilai rencana Blendle ini terlalu ambisius. Pasar suratkabar dan majalah di Belanda relative kecil jika dibandingkan dengan pasar jurnalistik di negeri Eropa lain. Apalagi, Belanda memiliki kekhasan, karena pasar jurnalisme cetak dan jurnalisme digital online sangat terpisah, sesuatu yang tak terjadi di negeri Eropa lain.
Apapun, Blendle telah memulai sebuah cara baru. Waktu akan membuktikan, apakah Blendle akan menjadi platform yang sukses untuk karya jurnalistik, sebagaimana iTunes untuk musik dan film.4695 Kali